Tuesday, August 2, 2011

ALGORITMA PENJADWALAN

Algoritma Penjadwalan
 Nama: ELIYA DEWI SETYASIH
Nim:  DTI200912
Mata Kulaih : Sistem Operasi
Dosen:Jatmiko Indriyanto, S.Kom


tujuan penjadwalan CPU :
 1. adil -> semua proses harus selesai dikerjakan
 2. efisiensi -> memaksimalkan penggunaan CPU

1.       FCFS (FIRST COME FIRST SERVED SCHEDULLING) -> non preemptive
Algoritma ini merupakan algoritma penjadwalan yang paling sederhana yang digunakan CPU. Dengan menggunakan algoritma ini seiap proses yang berada pada status ready dimasukkan ke dalam antrian FIFO sesuai dengan waktu kedatangannya. Proses yang tiba terlebih dahulu yang akan dieksekusi terlebih dahulu.
Misalnya ada tiga buah proses yang datang secara bersamaan yaitu pada 0 ms, P1 memiliki burst time 24 ms, P2 memiliki burst time 5 ms, P3 memiliki burst time 3 ms. Hitunglah wating time rata-rata dan turnaround time (burst time +  waiting time) dari ketiga proses tersebut dengan menggunakan algoritma FCFS.









Proses  Burst time
P1 24 ms
P2 5 ms
P3 3 ms



Waiting time untuk p1 adalah 0 ms (P1 tidak perlu menunggu), sedangkan untuk p2 adalah sebesar 24 ms (menunggu P1 selesai) dan untuk p3 sebesar 29 ms (menunggu P1 dan P2 selesai). Waiting time rata-ratanya adalah sebesar (0+24+29)/3 = 17,6 ms.
Turnaround time untuk P1 sebesar 24 ms, sedangkan untuk P2 sebesar 29 ms (dihitung dari awal kedatangan P2 hingga selesai dieksekusi), untuk p3 sebesar 32 ms. Turnaround time rata-rata untuk ketiga proses tersebut adalah (24+29+32)/3 = 28,3 ms.
Ø  kelebihan : mudah diimplementasikan
Ø  Kelemahan dari algoritma ini:
a. Waiting time rata-ratanya cukup lama.
b. Terjadinya convoy effect, yaitu proses-proses menunggu lama untuk menunggu satu proses besar yang sedang dieksekusi oleh CPU.
c. average waiting time nya lama dan terjadinya convoy effect.
Algoritma ini juga menerapkan konsep non-preemptive, yaitu setiap proses yang sedang dieksekusi oleh CPU tidak dapat di-interrupt oleh proses yang lain.
2.       SJF (SHORTEST JOB FIRST SCHEDULLER) -> non preemptive/preemptive
Algoritma ini mempunyai cara penjadwalan yang berbeda dengan FCFS. Dengan algoritma ini maka setiap proses yang ada di antrian  ready akan dieksekusi berdasarkan  burst time terkecil. Hal ini mengakibatkan waiting time yang pendek untuk setiap proses dan karena hal tersebut maka waiting time rata-ratanya juga menjadi pendek, sehingga dapat dikatakan bahwa algoritma ini adalah algoritma yang optimal.
Ø  kelebihan : AWT nya lebih kecil
Ø  Ada beberapa kekurangan dari algoritma ini yaitu:

• Kesulitan untuk memprediksi burst time proses yang akan dieksekusi selanjutnya .

• Proses yang mempunyai burst time yang besar akan memiliki waiting time yang besar pula karena yang dieksekusi terlebih dahulu adalah proses dengan burst time yang lebih kecil.

Algoritma ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1.  Preemptive. Jika ada proses yang sedang dieksekusi oleh CPU dan terdapat proses di antrian ready dengan burst time yang lebih kecil daripada proses yang sedang dieksekusi tersebut, maka proses yang sedang dieksekusi oleh CPU akan digantikan oleh proses yang berada di antrian ready tersebut. Preemptive SJF sering disebut juga Shortest-Remaining-Time-First scheduling.

2.  Non-preemptive. CPU tidak memperbolehkan proses yang ada di antrian ready untuk menggeser proses yang sedang dieksekusi oleh CPU meskipun proses yang baru tersebut mempunyai burst time yang lebih kecil.

Misalnya  ada empat buah proses dengan masing-masing waktu kedatangan burst time di jelaskan pada tabel di bawah ini. Hitunglah waiting time rata-rata dan turnaround time dari keempat proses tersebut dengan mengunakan algoritma SJF.

Proses   Arrival time  Burst Time

P1  0 ms  7 ms

P2  2 ms  4 ms

P3  4 ms   1 ms

P4  5 ms  4 ms

Solusi Preemptive:

Rata-rata waiting time adalah (9 + 1 + 0 +2)/4 = 3, dimana :

P1: (0-0+11-2) = 9

P2: (2-2+5-4) = 1

P3: (4-4) = 0

P4: (7-5) = 2

Rata-rata turnaround time  adalah ((9+7)+(1+4)+(0+1)+(4+2))/4 = 7

Solusi Non-Preemptive:

Rata-rata waiting time adalah  (0 + 6 + 3 + 7)/4  = 4, dimana:

P1: (0-0) = 0

P2: (8-2) = 6

P3: (7-4) = 3

P4: (12-5) = 7

Rata-rata turnaround time  adalah ((0+7)+(6+4)+(3+1)+(7+4))/4 = 8
3. ROUND ROBIN SCHEDULLING
 kelebihan : paling adil,karna semua proses pasti dikerjakan
 kelemahan : algoritma ini terlalu sering melakukan switching.
Algoritma ini didesin untuk sistem  time-sharing. Proses akan mendapat jatah sebesar time quantum dengan nilai quantum umumnya sebesar 10-100 ms. Jika time quantum-nya habis atau proses sudah selesai CPU akan dialokasikan ke proses berikutnya. Tentu proses ini cukup adil karena tak ada proses yang diprioritaskan, semua proses mendapat jatah waktu yang sama dari CPU (1/n), dan tak akan menunggu lebih lama dari (n-1)/q.

Algoritma ini sepenuhnya bergantung besarnya time quantum. Jika terlalu besar, algoritma ini akan sama saja dengan algoritma first-come first-served. Jika terlalu kecil, akan semakin banyak peralihan proses sehingga banyak waktu terbuang.

Permasalahan utama pada Round Robin adalah menentukan besarnya time quantum. Jika time quantum yang ditentukan terlalu kecil, maka sebagian besar proses tidak akan selesai dalam 1 time quantum. Hal ini tidak baik karena akan terjadi banyak switch, padahal CPU memerlukan waktu untuk beralih dari suatu proses ke proses lain (disebut dengan context switches time). Sebaliknya, jika time quantum terlalu besar, algoritma Round Robin akan berjalan seperti algoritma First Come First Served. Time quantum yang ideal adalah jika 80% dari total proses memiliki CPU burst time yang lebih kecil dari 1 time quantum.

Misalnya ada tiga proses dengan masing-masing mendapatkan waktu quantum adalah 4 ms, maka P1 mendapatkan 4 ms pertama. Karena membutuhkan 20 ms  lagi, sesudah quantum pertama P1 di preemptive dan CPU memberikan proses berikutnya ke proses P2 dan P2 tidak memerlukan 4 ms, P2 selesai sebelum jatah quantumnya habis, kemudian CPU memberikan ke proses berikutnya yaitu P3. Ketika setaiap proses meneriman satu quantum, CPU kembali ke proses P1 untuk tambahan waktu quantum.
Proses  Burst time
P1 24 ms
P2 3 ms
P3 3 ms
Rata-rata waiting time adalah (6+4+7)/3 = 5.66
Rata-rata turnaround time adalah ((6+24)+(4+3)+(7+3))/3 = 15.67
 *dari penggunaan algoritma paling optimal adalah dimana WT nya paling kecil,waktu pengerjaannya lebih byk karna semakin lama waktu pengerjaannya maka kualitas CPU lebih bagus..

Task of Study Information Technology Headline Animator

Subscribe this blog